Hidup ini penuh dengan opini dan pandangan dari orang lain. Seberapa keras pun kita berusaha, tidak semua orang akan menyukai atau menghargai apa yang kita lakukan. Kadang-kadang, kita merasa ingin tahu apa yang orang lain pikirkan atau katakan tentang diri kita. Namun, apakah itu benar-benar membawa manfaat? Justru sering kali, kita hanya akan tersakiti oleh pahitnya celaan atau tertipu oleh manisnya pujian.
Pahitnya Celaan dan Manisnya Pujian
Ketika kita mencari pendapat orang lain, kita seringkali terpapar pada dua jenis reaksi yang berbeda: celaan dan pujian. Celaan dapat membuat kita merasa tersakiti, kehilangan kepercayaan diri, dan bahkan merasa tidak berharga. Sementara itu, pujian dapat membuat kita merasa bangga dan bersemangat, tetapi juga dapat membuat kita tergantung pada pendapat orang lain untuk menilai diri sendiri.
Manusia cenderung cepat menilai dan mengkritik. Tak jarang, kita mendengar celaan yang menyakitkan hati. Celaan itu bisa datang dari kesalahan kecil yang mungkin tidak kita sadari, atau bahkan dari hal yang kita anggap sudah benar. Ketika terlalu fokus pada pendapat orang lain, kita mudah merasa terpuruk karena mereka hanya melihat permukaan dari apa yang kita kerjakan.
Di sisi lain, pujian juga bisa menjadi jebakan yang memabukkan. Ketika kita menerima pujian, ada perasaan bangga dan senang yang mengiringinya. Namun, pujian bisa membuat kita terlena, merasa diri sudah cukup baik, dan melupakan evaluasi diri yang seharusnya terus dilakukan. Pujian yang berlebihan bisa menjadi sumber kesombongan jika tidak diimbangi dengan introspeksi.
Fokus Perbaiki Amalan Kita
Dalam Islam, kita diajarkan untuk fokus pada perbaikan diri sendiri. Al-Qur'an mengajarkan kita untuk tidak terlalu peduli dengan pendapat manusia dan lebih fokus pada hisab kita di sisi Tuhan. Hisab adalah sistem penilaian yang dilakukan oleh Allah SWT sendiri, bukan oleh manusia.
Daripada sibuk memikirkan apa yang orang lain katakan, lebih baik kita fokus memperbaiki amalan. Hisab kita bukan di hadapan manusia, melainkan di hadapan Allah SWT. Segala amal perbuatan kita, baik yang kecil maupun besar, akan dinilai oleh Tuhan, bukan oleh manusia. Manusia mungkin bisa memberikan penilaian, namun penilaian mereka terbatas dan sering kali tidak adil. Allah SWT adalah Dzat yang Maha Mengetahui segala niat dan tindakan kita, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya."(QS. Al-Kahfi: 110)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa amal yang saleh adalah bekal utama untuk kehidupan akhirat. Kita diminta untuk memperbaiki diri bukan demi manusia, tetapi demi keridhaan Allah.
Mengapa Manusia Tidak Bisa Menilai Kita?
Manusia memiliki keterbatasan dalam menilai seseorang. Mereka mungkin tidak memiliki kesempurnaan dalam memahami sifat dan kelebihan kita. Selain itu, pendapat manusia seringkali dipengaruhi oleh emosi, kesalahan, dan kepentingan pribadi. Oleh karena itu, lebih baik kita fokus pada perbaikan diri sendiri dan mengandalkan penilaian Tuhan.
Hisab di Sisi Tuhan
Hisab di sisi Tuhan adalah sistem penilaian yang adil dan tidak tercela. Allah SWT memiliki pengetahuan yang sempurna tentang setiap individu dan dapat menilai kebaikan dan keburukan kita dengan tepat. Kita tidak perlu khawatir tentang apa yang dikatakan manusia karena hisab kita di sisi Tuhanlah yang sebenarnya berharga.
Pada akhirnya, hisab kita hanya di hadapan Tuhan. Manusia hanya bisa beropini, tetapi tidak bisa menentukan nasib kita di akhirat. Setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil harus berdasarkan kesadaran akan tanggung jawab di hadapan Allah, bukan untuk menyenangkan orang lain.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"Dan barangsiapa berbuat kebajikan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap amal perbuatan kita. Setiap amal yang kita lakukan, baik atau buruk, sekecil apa pun, akan dicatat dan diperhitungkan di akhirat nanti.
Kesimpulan
Jangan mencari tahu apa yang dikatakan manusia tentang diri kita. Fokus saja perbaiki amalan kita, karena hisab kita di sisi Tuhan bukan di sisi manusia. Dengan demikian, kita dapat hidup lebih tenang, lebih yakin, dan lebih dekat dengan Tuhan. Ingatlah bahwa penilaian Tuhanlah yang sebenarnya berharga dan tidak perlu dipertanyakan lagi.
Jangan sibukkan diri kita dengan mencari tahu apa yang dikatakan orang lain. Celaan hanya akan membuat kita sakit hati, sementara pujian bisa membuat kita tertipu. Fokuslah untuk memperbaiki amalan dan terus berusaha menjadi lebih baik. Ingatlah, hisab kita ada di sisi Allah, bukan di sisi manusia. Pada akhirnya, hanya Allah yang bisa memberikan penilaian yang benar atas amal perbuatan kita.
Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk terus memperbaiki diri dan mendapatkan keridhaan dari Allah SWT.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT