kajian yang menyenangkan


Di sebuah desa kecil yang asri, setiap malam Sabtu selepas Maghrib, Masjid Al-Falah dipenuhi oleh jamaah yang antusias mengikuti kajian Islam. Malam itu, suasana masjid terasa berbeda. Wajah-wajah cerah tampak memenuhi setiap sudut masjid. Kajian kali ini dipandu oleh Ustaz Hamid, seorang ulama muda yang dikenal karena ceramahnya yang santai dan interaktif, sering kali diselingi dengan humor ringan yang membuat para jamaah semakin betah mendengarkannya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!" sapa Ustaz Hamid dengan senyum lebar ketika naik ke mimbar.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!" serempak jamaah menjawab dengan semangat.

Ustaz Hamid memulai dengan kisah-kisah lucu tapi penuh hikmah dari zaman Nabi. "Pernah dengar tentang sahabat yang berlari mengejar unta yang kabur? Nah, ternyata unta itu malah balik menatap seolah berkata, 'Kenapa kau kejar aku, aku cuma cari tempat yang lebih nyaman untuk duduk!'" tutur Ustaz Hamid, membuat seluruh masjid bergemuruh oleh tawa. Meski sederhana, kisah itu memiliki pelajaran berharga tentang kesabaran dan keikhlasan.

"Jadi, sahabat-sahabat sekalian, hidup kita kadang seperti mengejar unta. Kita sering kali terjebak mengejar dunia tanpa henti, padahal dunia itu sendiri sebenarnya tak pernah memintanya. Allah telah menyediakan segala keperluan kita, tapi kita sering merasa kurang."

Ustaz Hamid kemudian mengajak jamaah untuk saling berbagi pengalaman tentang bagaimana cara mereka menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Tiba-tiba, seorang bapak tua, Pak Mahfud, yang biasanya pendiam, angkat bicara.

"Saya merasa paling bahagia ketika bisa berpuasa Senin dan Kamis, meski hanya ditemani segelas air putih dan sebutir kurma," katanya dengan mata berkaca-kaca. "Rasanya dekat sekali dengan Allah."

Semua jamaah mengangguk setuju. Atmosfer masjid yang semula penuh canda perlahan menjadi syahdu. Setiap orang merenung, mengambil pelajaran dari cerita Pak Mahfud. Ustaz Hamid kemudian menutup sesi dengan mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati bukan datang dari harta atau jabatan, tetapi dari rasa syukur dan kedekatan dengan Allah.

Kajian pun diakhiri dengan doa bersama dan pembacaan shalawat yang dilantunkan dengan merdu. Setelah kajian, banyak jamaah yang tak langsung pulang. Mereka berkumpul di serambi masjid, berbincang hangat sambil menikmati secangkir kopi atau teh yang disediakan oleh pengurus masjid. Suasana penuh keakraban membuat kajian malam itu bukan hanya menjadi waktu menambah ilmu, tetapi juga mempererat silaturahmi.

Ustaz Hamid tersenyum puas melihat jamaahnya saling bercengkrama. "Inilah esensi dari kajian," pikirnya dalam hati, "mendekatkan hati, bukan hanya pada ilmu, tetapi juga pada sesama."

 

|
Tinggalkan Komentera sini...
Terima kasih Komentarnya
Lebih baru Lebih lama