"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!" sapa Ustaz Hamid
dengan senyum lebar ketika naik ke mimbar.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!" serempak jamaah
menjawab dengan semangat.
Ustaz Hamid memulai dengan kisah-kisah lucu tapi penuh hikmah dari zaman
Nabi. "Pernah dengar tentang sahabat yang berlari mengejar unta yang
kabur? Nah, ternyata unta itu malah balik menatap seolah berkata, 'Kenapa kau
kejar aku, aku cuma cari tempat yang lebih nyaman untuk duduk!'" tutur
Ustaz Hamid, membuat seluruh masjid bergemuruh oleh tawa. Meski sederhana,
kisah itu memiliki pelajaran berharga tentang kesabaran dan keikhlasan.
"Jadi, sahabat-sahabat sekalian, hidup kita kadang seperti mengejar
unta. Kita sering kali terjebak mengejar dunia tanpa henti, padahal dunia itu
sendiri sebenarnya tak pernah memintanya. Allah telah menyediakan segala
keperluan kita, tapi kita sering merasa kurang."
Ustaz Hamid kemudian mengajak jamaah untuk saling berbagi pengalaman tentang
bagaimana cara mereka menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Tiba-tiba,
seorang bapak tua, Pak Mahfud, yang biasanya pendiam, angkat bicara.
"Saya merasa paling bahagia ketika bisa berpuasa Senin dan Kamis, meski
hanya ditemani segelas air putih dan sebutir kurma," katanya dengan mata
berkaca-kaca. "Rasanya dekat sekali dengan Allah."
Semua jamaah mengangguk setuju. Atmosfer masjid yang semula penuh canda
perlahan menjadi syahdu. Setiap orang merenung, mengambil pelajaran dari cerita
Pak Mahfud. Ustaz Hamid kemudian menutup sesi dengan mengingatkan bahwa
kebahagiaan sejati bukan datang dari harta atau jabatan, tetapi dari rasa
syukur dan kedekatan dengan Allah.
Kajian pun diakhiri dengan doa bersama dan pembacaan shalawat yang
dilantunkan dengan merdu. Setelah kajian, banyak jamaah yang tak langsung
pulang. Mereka berkumpul di serambi masjid, berbincang hangat sambil menikmati
secangkir kopi atau teh yang disediakan oleh pengurus masjid. Suasana penuh
keakraban membuat kajian malam itu bukan hanya menjadi waktu menambah ilmu,
tetapi juga mempererat silaturahmi.
Ustaz Hamid tersenyum puas melihat jamaahnya saling bercengkrama.
"Inilah esensi dari kajian," pikirnya dalam hati, "mendekatkan
hati, bukan hanya pada ilmu, tetapi juga pada sesama."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT