KH Dahlan Abdul Qohar, salah satu ulama asal Kertosono, Nganjuk yang ikut andil dalam kelahiran NU. Beberapa saat sebelum NU berdiri, Kiai Dahlan yang merupakan sahabat karib KH Abdul Wahab Chasbullah ini bersama Syaikh Ghanaim al-Mishri ikut melakukan negosiasi ke Raja Arab Saudi, Ibnu Suud, mengenai kebebasan menjalankan madzhab dan beberapa tuntutan lain melalui wadah Komite Hijaz.
Kiai Dahlan juga pernah menjabat sebagai Ketua Partai NU Kabupaten Nganjuk selepas NU keluar dari Masyumi dan membentuk partai sendiri. Dalam masa kepemimpinannya, Kiai Dahlan berhasil memajukan Partai NU di Nganjuk, terutama di Nganjuk bagian selatan seperti di Pace, Berbek, Sawahan, Ngetos, dan Loceret. Pada Pemilu tahun 1955, Partai NU di Nganjuk menjadi pemenang Pemilu ke-2 di bawah PNI.
Kiai Dahlan dikenal sebagai ulama yang fasih berbahasa Belanda. Hal itu didapatkan ketika Kiai Dahlan mengenyam pendidikan di HIS dan MULO. Kemudian Kiai Dahlan melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Setelah menuntut ilmu di Tebuireng, Kiai Dahlan kemudian menuntut ilmu di Pondok Pesantren Jamsaren, Solo. Ia juga tercatat pernah mengenyam pendidikan di madrasah tsanawiyah Mekkah. Sehingga tak heran jika Kiai Dahlan sangat fasih berbahasa Arab dan berwawasan luas.
Makam Kiai Dahlan
Kiai Dahlan wafat pada tanggal 11 Desember 1975. Makamnya terletak di Desa Banaran, Kecamatan Kertosono, Nganjuk. Pada bulan Desember 2021, makam tersebut pernah direnovasi oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Nganjuk sebagai bentuk penghormatan atas jasanya dalam mendirikan NU. Renovasi itu meliputi penguatan pondasi, penataan nisan keluarga, pemasangan lampu besar, penyediaan tempat wudlu dan pemasangan kap atas untuk melindungi peziarah dari hujan atau terik matahari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT