Jangan Membalas Cemoohan dengan Cemoohan


Hidup tak pernah lepas dari interaksi sosial. Dalam perjalanan hidup, kita pasti bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan, namun tak jarang pula bertemu mereka yang mungkin menyakiti hati kita, entah dengan kata-kata kasar atau penghinaan. Sebagai manusia, wajar bila ada keinginan untuk membalas. Tapi, tahukah kita bahwa membalas hinaan dengan hinaan hanya akan memperburuk keadaan?

Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk tetap menjaga akhlak meski menghadapi perlakuan buruk. Salah satu hikmah yang disampaikan adalah bahwa penghinaan atau cemoohan yang dilemparkan seseorang kepada orang lain pada akhirnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Barang siapa mencela saudaranya dengan suatu dosa yang telah bertaubat darinya, maka ia tidak akan mati hingga melakukan dosa itu pula." (HR. Tirmidzi)

Cemoohan adalah bentuk energi negatif yang mencerminkan hati pelakunya. Ketika seseorang menyebut orang lain dengan sebutan buruk, seperti "goblok," maka sesungguhnya kata-kata itu tidak hanya menyakiti hati orang lain, tetapi juga merusak jiwanya sendiri. Allah SWT Maha Adil. Hinaan tersebut akan kembali kepada pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.

Namun, sebagai manusia, sering kali sulit menahan diri. Ketika dihina, rasa sakit itu memicu dorongan untuk membalas. Tetapi, penting untuk diingat bahwa membalas penghinaan dengan penghinaan serupa tidak akan membuat kita menjadi lebih baik. Justru, balasan kita itu juga akan menjadi sebab kembalinya keburukan kepada diri kita. Jika kita membalas lebih ekstrem—misalnya dengan tindakan fisik atau fitnah—maka keburukan yang lebih besar pula yang akan kita terima.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim." (QS. Asy-Syura: 40)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa jalan terbaik dalam menghadapi penghinaan adalah dengan kesabaran dan pemaafan. Memaafkan bukan berarti kita lemah, melainkan menunjukkan kekuatan iman dan kebesaran hati.

Selain itu, balasan terbaik terhadap perilaku buruk adalah membalasnya dengan kebaikan. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:
"Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia seolah-olah menjadi teman yang setia." (QS. Fussilat: 34)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mencoba menahan diri dengan beberapa cara:

  1. Mengontrol Emosi: Ketika dihina, tarik napas dalam-dalam dan hindari respons spontan yang emosional. Berdiam diri sejenak sering kali menjadi langkah terbaik.
  2. Berpikir Positif: Ingat bahwa orang yang menghina sedang menunjukkan kelemahan dirinya. Jangan turunkan diri kita ke level yang sama.
  3. Berdoa untuk Kebaikan: Mendoakan orang yang menghina kita, meskipun sulit, adalah cara untuk melapangkan hati kita sendiri.
  4. Mengalihkan Perhatian: Alihkan fokus pada hal-hal yang lebih produktif daripada memikirkan hinaan yang tidak membawa manfaat.

Dengan bersikap sabar, tidak hanya kita menjaga diri dari dosa, tetapi juga menunjukkan akhlak mulia yang menjadi teladan bagi orang lain. Ingatlah bahwa Allah SWT mencintai hamba-Nya yang sabar dan tawakal. Hinaan dari orang lain mungkin menyakitkan, tetapi kita punya pilihan untuk menjadikannya sebagai pelajaran hidup yang membuat kita lebih kuat dan bijaksana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

|
Tinggalkan Komentera sini...
Terima kasih Komentarnya
Lebih baru Lebih lama